Tradisi Buwuh Di Jawa Timur

 
Tradisi Buwuh


Pernah dengar tidak tradisi buwuh di Jawa Timur ? Kalau kalian orang Jawa Timur asli pasti tahu donk ya. Minimal walau bukan orang Jawa Timur setidaknya kalian sudah menetap lama di Propinsi yang dikepalai oleh Ibu Khofifah Indar Parawansa ini.

Sebenarnya tradisi buwuh tidak hanya ada di Jawa Timur. Mungkin di Jawa Tengah, Jawa Barat atau pulau lainnya juga ada namun saya kan tidak begitu memahaminya.

Saya sendiri baru paham mengenai buwuh ini setelah tinggal beberapa tahun di Surabaya. Biasanya masyarakat di Jawa Timur menyebut salam tempel dengan sebutan buwuh. 

Menurut saya pribadi buwuh merupakan kegiatan menyumbang kepada seseorang yang kebetulan mengadakan acara baik itu pernikahan, khitanan maupun kelahiran. Kegiatan buwuh memiliki sifat timbal balik antara pemberi dan penerima. Hal ini mengandung makna orang yang memberi buwuh suatu ketika akan menerima buwuhan dalam jumlah yang sama  apabila mengadakan acara juga. 

Nah, buwuh sendiri tidak melulu berupa sejumlah nominal uang. Barang pun bisa dijadikan buwuhan untuk teman atau kerabat yang sedang ada hajatan dan mengundang kita.

Curhatan Teman Tentang Buwuh

Jadi saya memiliki pengalaman pergi ke rumah teman yang baru lima bulan menjadi pengantin baru, Ketika ngobrol-ngobrol dengan teman saya ini, dia menerima undangan pernikahan dari teman suaminya melalui pesan di Blackberry messenger. Seketika teman saya sedikit mengeluh karena dia dan suaminya harus buwuh sebesar Rp. 300.000 karena dulu teman suaminya menyumbang dengan nominal yang sama.

Lalu ada lagi mantan rekan kerja saya, seorang laki-lakisebut saja namanya Fulan. Fulan pernah mengeluh karena "pendapatan"nya dari buwuh pernikahan dia dan istrinya tidak seberapa. Usut punya usut, gibahpun berjalan dari seisi kantor saya. 

Ternyata Fulan memang banyak mengundang bekas rekan-rekan kerjanya di kantor terdahulu. Namun karena Fulan sendiri tidak pernah datang ke hajatan bekas rekan-rekan kerjanya tersebut maka mereka malas untuk datang ke pernikahan Fulan. Hal ini diceritakan oleh Si Z yang kebetulan juga tetangga Fulan sekaligus rekan kerja saya di kantor. Miris bukan!


Budaya Buwuh Yang Sudah Turun Temurun

Untuk kalian yang sering datang ke acara-acara yang diadakan oleh teman maupun kerabat, saya punya tips buwuh anti baper, yaitu:
  •  Niatkanlah ikhlas ketika memberi buwuhan kepada teman atau kerabat yang sedang punya hajat
  • Sumbanglah sesuai kemampuan kalian, jangan memaksakan karena dulu yang kita sumbang pernah memberi diatas kemampuan kita.
  • Lupakan ketika pernah buwuh ke teman maupun kerabat agar ketika kita punya hajatan, tidak berharap mereka mengembalikannya kepada kita.

Tidak ada yang salah dengan suatu budaya di kalangan masyarakat. Begitu juga tradisi buwuh di Jawa Timur. Dan juga tidak ada yang namanya benar atau salah. Yang ada hanyalah bagaimana kita mempersepsikan budaya tersebut menjadi sebuah keikhlasan dalam hati ketika melakukan "pengembalian" buwuh tersebut.

Jika tidak mampu mengembalikan dengan nominal yang sama maka buwuhlah sesuai kemampuan kalian. Namun andaikata kalian benar-benar tidak ada uang sama sekali, mungkin bisa membantu dengan tenaga.

Lalu bagaimana ketika kedua hal tersebut tidak kalian miliki ? Jauh dari kerabat yang sedang ada hajatan dan juga tak memiliki dana cukup untuk buwuh. Maka berkirim pesanlah dan kabarkan kalau kalian tidak bisa datang. Sertakan permohonan maaf dan doakan agar hajatan kerabat kalian lancar tak ada kendala.


Blogger Surabaya
Blogger Surabaya Selamat datang di blog pribadi saya. Blog ini menerima kerjasama Content Placement. Jika ingin bekerjasama silahkan hubungi via email mariatanjung7@gmail.com

Posting Komentar untuk "Tradisi Buwuh Di Jawa Timur"